Minggu, 28 Februari 2010

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Komunitas atau masyarakat perkotaan sering diidentikan dengan masyarakat modern (maju), dan tidak jarang pula dipertentangkan dengan masyarakat pedesaan, yang akrab pula dengan predikat masyarakat tradisonal manakala dilihat dari aspek kulturnya. Spesifikasi masyarakat kota atau masyarakat maju itu antara lain sebgai berikut,

(1) hubungan antar anggota masyarakat nyaris bertumpu pada pertimbangan untuk kepentingan masing-masing pribadi warga kota tersebut,

(2) hubungan dengan masyarakat perkotaan lainnya berlangsung secara terbuka dan saling berinteraksi,

(3) mereka warga kota yakin bahwa iptek memiliki manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan,

(4) masyarakat kota berdeferensiasi atas dasar perbedaan profesi dan keahlian sebagai fungsi pendidikan dan pelatihan,

(5) tingkat pendidikan masyarakat kota relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan,

(6) aturan-aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat perkotaan lebih berorientasi pada aturan atau hukum formal yang bersifat kompleks,

(7) tatanan ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat perkotaan umumnya ekonomi-pasar yang berorientasi pada nilai uang, persaingan, dan nilai-nilai inovatif lainnya.

Spesifikasi tadi berlaku dalam skala kelompok atau masyarakat. Adapun spesifikasi berskala individu sebagai warga masyarakat kota, antara lain sebagai berikut,

(1) senantiasa menerima perubahan setelah memahami adanya kelemahan-kelemahan kondisi yang rutin,

(2) peka terhadap masalah dan menyadari bahwa masalah tersebut tidak terlepas dari keberadaan dirinya,

(3) terbuka bagi pengalaman-pengalaman baru (inovasi) disertai sikap yang tidak apriori atau prasangka,

(4) setiap pendiriannya selalu dilengkapi dengan informasi yang akurat,

(5) orientasi pada waktu yang bertumpu pada logika bahwa waktu lampau adalah pengalaman, waktu sekarang adalah fakta, dan waktu mendatang adalah harapan yang mesti diperjuangkan,

(6) ia sangat memahami akan potensi dirinya, dan potensi itu ia yakin dapat dikembangkan,

(7) ia senantiasa ingin terlibat dan peka terhadap suatu perencanaan,

(8) ia selalu menghindar dari situasi yang fatalistik dan tidak mudah menyerah pada keadaan atau nasib,

(9) ia meyakini akan manfaat iptek dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia,

(10) ia memahami, menyadari, dan menghormati akan hak-hak, kewajiban, dan kehormatan pihak lain. Spesifikasi masyarakat dan individu di daerah perkotaan, tidaklah mudah diperoleh dan dimiliki oleh masyarakat dan individu yang bersangkutan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa fungsi pendidikan, pelatihan, pengidentifikasian, dan pengadaptasian nilai-nilai kehidupan yang maju, yang telah menjadi bagian integral dalam masyarakat perkotaan.

Ada beberapa kendala yang mengganggu usaha pengembangan manusia yang maju, antara lain,

(1) kekurangmampuan diri dalam membaca dan memahami peran-peran fihak lain, atau populer disebut empati, dan rendahnya tingkat aspirasi dan kegairahan untuk melihat masa depan.

(2) ketidakmampuan untuk menunda kepuasan atau keinginan yang berlebih akan sesuatu kebutuhan,

(3) langkanya daya kreasi dan inovasi. Individu dan masyarakat perkotaan memiliki lebih banyak peluang untuk berperan sebagai pembawa proses pembaruan, dimana dalam proses pembaruan tersebut akan sarat dengan upaya pemecahan sejumlah masalah yang berkembang. Dalam kaitan dengan perkara tadi, Nichoff (Pudjiwati Sajogyo, 1985) menampilkan sejumlah kiat sebagai acuan bagi para pelaku atau aktor pembaruan atau pembangunan.

Kiat-kiat yang dimaksud antara lain,

(1) kemampuan berkomunikasi secara ajeg, baik dalam menghadapi massa atau publik, maupun dalam tatap muka secara personal, atau apa yang telah populer disebut face to face,

(2) kemampuan melakukan antisipasi dalam masyarakat lewat keterampilan beradaptasi dengan memanfaatkan fungsi bahasa, gagasan (ide), peralatan (sistem teknologi), dan potensi-potensi lain yang relevan dengan tuntutan atau masalah yang tengah berkembang,

(3) kemampuan untuk mendemonstrasikan gagasan dan teknologi baru sehingga meyakinkan pihak lain untuk menerima pembaruan tersebut,

(4) mendorong pihak lain untuk berpartisipasi dan bersaing dalam mencobakan dan melanjutkan gagasan-gagasan baru tersebut,

(5) mengupayakan agar menerima unsur-unsur baru,

(6) kemampuan memanfaatkan atau memanipulasi sejumlah potensi lingkungan setempat yang relevan dengan tuntutan pembaruan,

(7) kejelian dalam memilih waktu dan menggunakan kesempatan yang tepat dalam memperkenalkan atau mensosialisasikan pembaruan tersebut,

(8) cukup fleksibel dalam memiliki unsur-unsur baru dengan mempertimbangkan faktor-faktor kesulitan yang ada pada saat itu,

(9) kemampuan untuk memelihara kontinyuitas pemeliharaan dan pengembangan unsur-unsur baru yang telah diterima oleh fihak lain. Semua spesifikasi dan kemampuan tadi lebih banyak bertumpu pada para pelaku, pemeran, atau aktor pembaruan, atau pelaku perubahan yang sering secara poluler disebut dengan agent of change. Bagaimana halnya dengan spesifikasi dan persyaratan yang mesti ada, siap, atau dimiliki oleh pihak penerima pembaruan atau perubahan tadi? spesifikasi yang ada pada penerima pembaruan atau pembangunan antara lain sebagai berikut ini. Pertama, adanya motivasi untuk timbulnya rasa membutukan dan memiliki pemahaman akan manfaat serta nilai praktis dari unsur-unsur baru tersebut. Kedua, sifat kepemimpinan, baik dalam kelembagaan struktural (negara, birokrat) maupun kelompok sosial. Ketiga, struktur sosial, baik dalam peran-peran individual maupun dalam status dalam rentang hubungan hirarkis, dan bentuk-bentuk hubungan sosial lainnya. Keempat, pengelompokkan individu, baik atas dasar subkultur (kelompok etnik) maupun atas dasar politis, apakah itu berskala kelompok birokrat lokal, regional, ataupun nasional. Kelima, pola perekonomian yang meliputi sistem produksi, distribusi, konsumsi, deferensiasi kerja dan alokasi waktu, serta nilai pemilikan tanah (lahan) dan nilai kebendaan lainnya. Keenam, kepercayaan masyarakat yang meliputi sistem agama, mistis, dan persepsi yang berkaitan dengan kesehatan, kebersihan lingkungan, dan persepsi tentang keadaan yang memerlukan perubahan.

Ringkasan (Bagian 1 dan 2) Apa sebenarnya orientasi-orientasi itu ?,

(1) meninggalkan unsur-unsur kehidupan sosial yang memang mesti ditinggalkan atau ditambah,

(2) mengadopsi dan mengadaptasi unsur-unsur baru,

(3) selain menyerap unsur-unsur modern, suatu masyarakat atau bangsa tidak luput juga perhatian untuk menyelusuri dan menggali serta menemukan nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.

Dalam suatu perubahan mesti ada sejumlah faktor kekuatan penggerak proses perubahan tersebut, antara lain sebagai contoh adalah,

(1) suatu sikap mental yang mampu menghargai karya dan prestasi orang lain,

(2) kemampuan untuk siap menaruh toleransi terhadap adanya sejumlah penyimpangan dari kondisi rutin dan semua itu dijadikan penguat untuk hasrat berubah, sebab memang pada dasarnya manusia itu sebagai mahluk yang suka menyimpang dari kondisi rutinitas, yaitu sebagai homo-deviant dan sekaligus sebagai mahluk pengabdi atau homo-devinant,

(3) menghargai pada suatu inovasi dan mampu memberikan penghargaan pada siapapun yang berinovasi, baik pada bidang sosial, ekonomi, dan iptek,

(4) tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang berkualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi siapapun yang mengaksesnya.

Posisi norma-norma tradisional dalam arena proses perubahan atau modernisasi, adalah sebagai berikut,

(1) sebagai penghambat proses modernisasi,

(2) ada yang berpotensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses perubahan,

(3) ada pula yang memang relevan dengan unsur-unsur baru yang menjadi muatan arus perubahan atau modernisasi. Masyarakat kota, atau urban community, sering menyandang predikat sebagai inovator, dan spesifikasi dari masyarakat ini antara lain,

(1) dalam bentuk hubungan sosial apapun, orientasi kepentingan pribadi lebih dominan,

(2) hubungan dengan masyarakat luar, atau lain terbuka, baik secara teritorial maupun secara kultural,

(3) mereka yakin bahwa iptek bermanfaat secara signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan,

(4) mereka berdeferensiasi atas dasar profesi dan keahlian sebagai fungsi pendidikan dan pelatihan,

(5) aturan-aturan yang berlaku berorientasi pada aturan atau hukum yang formal dan bersifat kompleks,

(6) tatan ekonomi bertumpu pada ekonomi pasar dengan orientasi pada nilai-nilai uang, persaingan, dan nilai-nilai inovatif lainnya. Spesifikasi ini berlaku untuk skala kelompok atau masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar