I was a blogger. Maksudku, benar-benar seorang aktif blogger
yang setiap hari menjenguk halaman blog nya dan ngelakuin blogwalking. Sekarang
alamat blog nya udah kuhapus and you know what? beberapa hari lalu saat iseng
googling ternyata nama blogku udah dipakai orang lain. Ah, rasanya nyesel
kenapa harus kuhapus blog itu.
Sedangkan blog cokelat gelap ini aku buat untuk memenuhi
tugas kuliah. Tok! Dan itu cukup membosankan. Selama kurang lebih empat tahun,
hal yang aku tulis disini semua request dari dosen, semua kejar tayang sebelum
deadline, demi sebuah mata kuliah yang ditandai kres # di KRS, softskill oh
softskill. Yang mahasiswa Gunadarma pasti ngerti :D
Until i miss me. Aku kangen berat pada menulis karena
kemauan sendiri, karena kadang kita mengabaikan apa yang sebenarnya jadi
passion kita, dan untuk orang yang cukup beruntung mereka akan kembali menemukan
jalan pulang, mengejar mimpi dengan sungguh-sungguh karena mereka tahu, mereka
punya tanggung jawab untuk rasa merdeka menjadi diri sendiri. Sayangnya
sebagian orang tidak berhasil menemukan jalan pulang, passion mereka terabaikan
karena banyak hal. We know, life is unpredictable. Skala prioritas berubah.
Umur bertambah. And after years, aku ingin kembali pulang, pada sensasi bunyi
keyboard kesayangan saat ide-ide mulai bermunculan atau saat aku hanya ingin
membaca ulang pikiranku sendiri. I wanna blogging, again, for real :D
Sebenarnya kita bisa mengukur perubahan dalam diri dengan
cara yang mudah. Tulis!
Apa yang ditulis?
Apapun yang menurutmu harus menjadi sesuatu yang mesti
diingat. Dalam kamusku, tidak ada orang yang terlalu bodoh untuk tidak bisa
menuliskan pemikiran mereka, kecuali mereka yang buta aksara. kalau kamu
seorang muslim, kamu tahu kalau ayat pertama yang diturunkan Allah adalah
sebuah kata, “Iqro” yang artinya bacalah, itu mengindikasikan bahwa harus ada
yang dibaca. Dalam hal perintah membaca itu memang bukan membaca tulisan-tulisan
yang dibuat manusia. Itu adalah sebuah perintah untuk membaca apa yang Allah
wahyukan. Dan pada ayat yang sama dilanjutkan, bacalah dengan nama Tuhanmu.
Baca!
Jadilah manusia yang pandai membaca. Aku tidak membicarakan
hanya tentang membaca aksara. Apa yang bisa kita tulis dalam aksara, kalau
sebelumnya tidak ada yang dicerna di pikiran kita?
Karena, di kanan dan kiri kita banyak sekali hal untuk
dibaca, lalu dicerna, diambil saripati baiknya, lalu sampaikan kembali ke kanan
dan kiri. Life cycle. Itulah makna membaca yang aku pahami.
Setelah beberapa waktu, aku sering sekali membaca ulang apa
yang kutulis, apa saja, dan disitu aku mulai mengenal diriku, caraku
mengungkapkan sesuatu, caraku berinteraksi pada kedewasaan, caraku tertawa pada
humor yang tidak lucu, bahkan caraku berbohong pada dunia. Dan ternyata aku
menghabiskan waktu beberapa tahun untuk terlena pada hal lain sebelum akhirnya
aku kembali pada passion lamaku, menulis : )