Selasa, 13 Agustus 2013

i was a blogger

I was a blogger. Maksudku, benar-benar seorang aktif blogger yang setiap hari menjenguk halaman blog nya dan ngelakuin blogwalking. Sekarang alamat blog nya udah kuhapus and you know what? beberapa hari lalu saat iseng googling ternyata nama blogku udah dipakai orang lain. Ah, rasanya nyesel kenapa harus kuhapus blog itu.
Sedangkan blog cokelat gelap ini aku buat untuk memenuhi tugas kuliah. Tok! Dan itu cukup membosankan. Selama kurang lebih empat tahun, hal yang aku tulis disini semua request dari dosen, semua kejar tayang sebelum deadline, demi sebuah mata kuliah yang ditandai kres # di KRS, softskill oh softskill. Yang mahasiswa Gunadarma pasti ngerti :D

Until i miss me. Aku kangen berat pada menulis karena kemauan sendiri, karena kadang kita mengabaikan apa yang sebenarnya jadi passion kita, dan untuk orang yang cukup beruntung mereka akan kembali menemukan jalan pulang, mengejar mimpi dengan sungguh-sungguh karena mereka tahu, mereka punya tanggung jawab untuk rasa merdeka menjadi diri sendiri. Sayangnya sebagian orang tidak berhasil menemukan jalan pulang, passion mereka terabaikan karena banyak hal. We know, life is unpredictable. Skala prioritas berubah. Umur bertambah. And after years, aku ingin kembali pulang, pada sensasi bunyi keyboard kesayangan saat ide-ide mulai bermunculan atau saat aku hanya ingin membaca ulang pikiranku sendiri. I wanna blogging, again, for real :D

Sebenarnya kita bisa mengukur perubahan dalam diri dengan cara yang mudah. Tulis!

Apa yang ditulis?

Apapun yang menurutmu harus menjadi sesuatu yang mesti diingat. Dalam kamusku, tidak ada orang yang terlalu bodoh untuk tidak bisa menuliskan pemikiran mereka, kecuali mereka yang buta aksara. kalau kamu seorang muslim, kamu tahu kalau ayat pertama yang diturunkan Allah adalah sebuah kata, “Iqro” yang artinya bacalah, itu mengindikasikan bahwa harus ada yang dibaca. Dalam hal perintah membaca itu memang bukan membaca tulisan-tulisan yang dibuat manusia. Itu adalah sebuah perintah untuk membaca apa yang Allah wahyukan. Dan pada ayat yang sama dilanjutkan, bacalah dengan nama Tuhanmu.

Baca!

Jadilah manusia yang pandai membaca. Aku tidak membicarakan hanya tentang membaca aksara. Apa yang bisa kita tulis dalam aksara, kalau sebelumnya tidak ada yang dicerna di pikiran kita?

Karena, di kanan dan kiri kita banyak sekali hal untuk dibaca, lalu dicerna, diambil saripati baiknya, lalu sampaikan kembali ke kanan dan kiri. Life cycle. Itulah makna membaca yang aku pahami.

Setelah beberapa waktu, aku sering sekali membaca ulang apa yang kutulis, apa saja, dan disitu aku mulai mengenal diriku, caraku mengungkapkan sesuatu, caraku berinteraksi pada kedewasaan, caraku tertawa pada humor yang tidak lucu, bahkan caraku berbohong pada dunia. Dan ternyata aku menghabiskan waktu beberapa tahun untuk terlena pada hal lain sebelum akhirnya aku kembali pada passion lamaku, menulis : )